Minggu, 23 April 2017

ARTI LAMBANG PERSATUAN BELADIRI BUDI SUCI




Arti lambang persatuan beladiri budi suci


Persatuan :
adalah hubungan ikatan tali batin antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, hidup bersatu padu untuk mencapai tujuan yang sama dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau yang satu terluka maka yang lain ikut merasa terluka.

Beladiri :
  adalah pengetahuan tehnik gerak badan yang mengandung unsur seni dan kesehatan untuk melindungi diri.  Atau mengayomi orang – orang yang lemah.

Budi :
 amal baik, perilaku mulia, akhlaq yang terpuji, adab sopan santun sesuai dengan hokum agama dan hukum Negara.

Suci :
 suci lahir dan suci di dalam batin, menjunjung tinggi kebenaran, menjauhkan diri dari segala macam penyakit hati seperti sombong, pamer, iri, dengki, dll. Dan memegang teguh rasa kasih sayang di antara sesama.

Sayap putih terbentang :
Melambangkan keberanian dan transparasi (keterbukaan), apa adanya dalam menyampaikan kebenaran, berani untuk jujur maksudnya yang benar katakan benar dan yang salah katakana salah.

Lima bulu sayap atas yang paling panjang :
Sisi kanan melambangkan rukun islam (memegang teguh syari’at agama islam)
Sisi kiri melambangkan pancasila (menjaga martabat Negara kesatuan republik Indonesia)

Sembilan bulu ukuran sedang di kiri dan kanan :
Melambangkan asma’ul khusnah yang jumlahnya Sembilan puluh Sembilan. Artinya kita mengakui dengan setulus hati bahwa tidak ada yang lebih hebat dari Allah dan Allah lah yang maha segalanya.

Bulu penyangga paling dasar di kiri dan kanan yang jumlahnya dua :
Melambangkan al qur’an dan hadist dasar pedoman (landasan) umat muslim untuk menyempurnakan kesejatian diri (derajad kesucian jiwa).

Warna dasar hijau :
Melambangkan semangat pemuda, yaitu semangat belajar, semangat berjuang, dan semangat bertakwa kepada Allah SWT. Warna dasar hijau juga berarti membumi atau merakyat (sosialitasnya tinggi).

Warna kuning pada bintang :
Melambangkan cita – cita yang tinggi (muliya) sebagian ulama’ mengatakan bahwa warna kuning melambangkan tingkatan ma’rifat (melihat kebenaran yang sejati) mampu membedakan yang benar dan yang salah serta terjaga ketaqwaan dan keistiqomahan nya.

Bintang Sembilan :
Jumlah bintang Sembilan melambangkan tekad berjuang menuntut ilmu ataupun syi’ar agama islam dengan kuat, ulet telaten (rajin & tidak patah semangat) seperti wali songo (Sembilan wali). 

Dan juga bintang Sembilan bisa di artikan dengan uraian sebagai berikut :
Bintang paling besar melambangkan Rosulullah muhamad SAW yang menjadi teladan bagi seluruh umat dan rahmat bagi seluruh alam. Karena salah satu nama panggilan untuk Rosulullah adalah cahaya mentari / bintang pagi (syamsi dhukha) dan matahari adalah salah satu bintang, yang terdekat dengan bumi  dengan seperangkat planet – planet yang mengelilinginya dan membentuk galaksi bima sakti.

Empat bintang di atas melambangkan empat sahabat Rosulullah yaitu Abu bakar asysidiq r.a, umar bin khotob r.a, ustman bin afan r.a, dan ali bin abi tholib r.a atau mereka yang di kenal dengan sebutan khulafa’urrasyidin.

Empat bintang di bawah melambangkan empat mahdzab besar yang banyak orang mengikuti (taqlid) pada syari’at islam yang di ajarkan mereka yang asal nya dari Rosulullah SAW.
 


FALSAFAH LAMBANG BAMBU  PADA LOGO PBBS

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Bambu Runcing adalah senjata khas Indonesia di masa penjajahan, sebagai simbol keberanian dan anti penindasan.
Bambu adalah tumbuhan serba guna, bisa dipakai untuk membuat rumah, bale (ranjang tidur), keranjang atau tempat barang - barang dan aneka jenis kerajinan yang bernilai seni tinggi. Artinya di dalam PBBS diajarkan untuk menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi sesama manusia / makhluq Alloh serta di ajarkan seni beladiri. 

bambu adalah tumbuhan yang tidak manja, mudah berkembang biak (bisa dengan cara tunas atau stek) dan bambu juga tumbuhan yang bisa hidup di berbagai tempat baik di perairan (rawa - rawa), di tepi sungai, di atas gunung, di lereng bukit, di lembah dan jurang yang yang dalam, di padang pasir atau di salju sekalipun.
artinya PBBS : bermental kuat, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Bambu hidupnya membentuk kelompok - kelompok (rumpun bambu). artinya : PBBS selalu rukun damai bersatu padu dalam menjalin persaudaraan. 
Bambu jika direndam di dalam air semakin lama semakin kuat dan semakin bagus kualitas kayu-nya. Artinya bagi siswa PBBS, seberat apapun (sengsara) materi ilmu yang di ajarkan yang di ajarkan di PBBS, tidak akan membuat siswanya patah semangat tetapi sebaliknya malah semakin suka dan giat berlatih serta semakin baik hasilnya. 
  1. Bambu adalah tumbuhan yang tidak manja, bisa hidup dimana saja, baik di darat, di rawa - rawa, di tepi laut atau sungai, di gunung maupun di tempat bersalju.
  2. bambu mengandung nilai perjuangan bangsa Indonesia, yaitu ketika jaman penjajahan, para pahlawan banyak yang memakai senjata Bambu Runcing untuk melawan penjajah 
  3. bambu hidupnya selalu bergerombol (berkelompok) artinya PBBS selalu menjalin kerukunan, kebersamaan, setia kawan, menghargai perbedaan, toleransi dan yang pasti menjunjung Bhineka Tunggal ika.
  4. Sebaik - baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya seperti bambu, adalah tumbuhan yang penuh manfaat bagi manusia, dari ujung daun hingga akar, 
  •  bambu bisa dibuat aneka kerajinan, 
  • sebagai bahan pembuatan Rumah / gubug,  tiang bambu gedeg (dinding anyaman bambu besar), sEsEk (dinding anyaman bambu kecil)
  • bambu bisa dibuat aneka meubelair seperti kursi, meja, rak buku, ranjang tidur dll
  • rebung (tunas bambu) bisa di bikin sayur, 
  • daun dan akarnya bisa di buat untuk bahan obat - obatan, 
  • brungki (bonggol / pangkal akar pohon) bisa dibuat untuk alat Uleg - uleg (penghalus sambal pada cobek). dll





FOTO VODEO Persatuan Beladiri Budi Suci (PBBS)


Senin, 17 April 2017

puisi BINTANG BERSINAR

BINTANG BERSINAR

Memotret Cahaya Bintang malam sepi
berjuta bertebar tanpa berisik
setia menerangi sisi gelapmu
tanpa rasa malu atau ragu - ragu 


bulan pun ikhlas menerima kebaikan sinarnya
matamu terbelalak mendongak ke angkasa
namun langsung tertunduk menahan lelah

sebab bukan hak-mu menantang langit

ada sebuah bintang kecil bernama matahari
walau sendiri di tengah hari bolong
matamu tak kuasa tajam menatap
kulitmu meratap, hatimu yang beku meleleh


sesederhana itukah bintang kecil menaklukkanmu
jangankan merenggutnya, menatapnya saja tidak mampu
sekarang matamu berkaca - kaca dan hampir pecah
padahal bintang tidak pernah sedikitpun memusuhimu


dan sampai kapanpun bintang tetaplah bintang
tak akan berubah menjadi kayu


By : R. Alex












Minggu, 16 April 2017

SEJARAH AWAL PERSATUAN BELADIRI BUDI SUCI



 



SEJARAH SINGKAT PERSATUAN BELADIRI BUDI SUCI



PERSATUAN BELADIRI BUDI SUCI (PBBS) adalah Pembaruan dari “Pencak Budi Suci” atau “pencak Tohirotul Amal” yang mengalami proses pematangan dan penyempurnaan dalam kurun waktu yang panjang, mulai jaman kerajaan hingga jaman sekarang, yang sejarah singkatnya akan kami uraikan dalam paragraf berikutnya, Persatuan Beladiri Budi Suci adalah perguruan pencak silat yang menjujung tinggi Perdamaian dan kemanusiaan, menolak adanya penindasan dan penjajahan, serta bertujuan menumbuhkan karakter atau kepribadian anak bangsa yang berjiwa kesatria dan bijaksana. Yang saat ini PBBS banyak diikuti oleh para pelajar,anggota kesatuan TNI ABRI dan POLRI.

Pertama kali di gagas oleh salah satu anggota wali songo Syeh Magribi  alias Sunan Gresik dengan nama Pencak (Silat) Tohirotul Amali yang mengajarkan dan mengembangkan khasanah budaya asli Nusantara berupa seni beladiri atau pencak silat yang dipadukan dengan gerakan dan amalan Karomatul Auliya’ dari arab saudi serta warisan sunnah Rosulullah SAW. karena kita tahu bahwa perjuangan Islam semasa Rosulullah masih hidup, sering diwarnai dengan peperangan dengan memakai senjata tajam dan beladiri tangan kosong. 

Warga Pencak Tohirotul Amali kemudian banyak memperkuat pasukan tempur kerajaan Giri Kedaton dan pada tanggal 09 September 1402 berganti nama menjadi BUDI SUCI yang di naungi Sunan Giri, dan bersama-sama pasukan Tawon pimpinan Sunan Kalijaga, BUDI SUCI juga pernah bergabung dengan Pasukan walisongo di bawah komando Kerajaan Demak Bintoro yang di Pimpin oleh Raden Fatah untuk membantu  Kerajaan Raksasa penguasa Nusantara yaitu Majapahit.

Pada masa pendudukan Kolonialis Belanda di Negeri kita, Budi Suci sering bergabung dengan pasukan-pasukan yang dipimpin oleh guru-guru Thoriqoh dan kyai-kyai pesantren untuk berperan aktif melawan penjajah, salah satunya adalah pada tanggal 19 Juli 1825 Warga pencak Budi Suci dan perguruan Silat yang lain, serta sejumlah kelompok pasukan Rakyat, bersama –sama bergabung dalam pasukan yang bernama RESIMEN JAWA (mayoritas Muslim), RESIMEN BUGIS dan MAKASAR (banyak yang Kristen) yang di komandani Daeng Marewa, RESIMEN KLUNGKUNG BALI (semuanya beragama Hindu). Dan Semua resimen maju di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro untuk melawan Penjajah Belanda. 

Lambat laun Pencak Budi Suci semakin dikenal oleh masyarakat luas, namun dari pertama berdiri, Budi Suci tidak memakai atau membuat lambang tertentu, kami tidak tahu alasan yang jelas “mengapa Budi Suci tidak membuat lambang perguruan?”, mungkin saja sebab Budi Suci sering bernaung dibawah komando pasukan kerajaan, jadi lambangnya mengikuti Panji-panji Kerajaan. 

Hingga akhirnya pada era perjuangan dan era kemerdekaan Indonesia, beberapa lulusan atau warga – warga terbaik Pencak Budi Suci yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia bahkan sampai keluar negeri, mencoba mengembangkan Jurus-jurus Budi Suci dan membuat atau merangkai lambang pencak Budi Suci, bahkan terkadang ada yang menambah dan merubah nama Budi Suci dengan nama yang lain, contohnya ada yang namanya “Budi Suci Internasional”, “Berkah Budi Suci” , dll; dengan lambang yang berbeda-beda pula, namun sebagian besar jurus-jurusnya tetap sama seperti pertama kali berdiri, hanya saja ada beberapa jurus yang mengalami perkembangan, ini semata karena memang pencak silat adalah BUDAYA BANGSA yang terus mengalami perkembangan dan tidak bisa dibatasi perkembangannya.

Tapi ada pula yang masih tetap mempertahankan dengan nama BUDI SUCI saja dan masih tanpa atau belum membuat lambang tertentu, seperti yang di ajarkan KH. Hasyim dari Rembang Jawa Tengah yang masih eksis sampai sekarang ini.

Meskipun telah mengalami perjalanan panjang dengan nama berbeda-beda dan jurus-jurus yang dikembangkan, namun Budi Suci tidak pernah mengalami perpecahan yang menimbulkan permusuhan antar perguruan serumpun Budi Suci, justru kami memandang perbedaan ini sebagai Khasanah Bhineka Tunggal Ika (berbeda – beda tetapi tetap bersatu).
Hingga pada tanggal 09 September 2009 salah satu Murid dari KH. Hasyim Rembang Yang bernama Gus Ali Anshori dari Bojonegoro Jawa Timur hijrah ke Kalimantan Tengah bersama dengan Raden Shofwan Al Aris dari Lamongan Jawa Timur, karena atas permohonan dari para Santri Pondok Pesantren Bustanul Ulum yang sejak lama minta diajarkan ilmu beladiri untuk mengisi kegiatan positif bagi remaja santri. Akhirnya Bertepatan dengan bulan Suci Romadhon mereka mengembangkan pencak Budi Suci Dengan Nama PBBS (PERSATUAN BELADIRI BUDI SUCI) dengan membuat lambang tersendiri yaitu sayap membentang dengan sembilan bintang yang bersinar.

Kemudian Yang di ajarkan di PBBS adalah sebagai berikut: 

1. Meningkatkan keimanan, sikap positif dan kepercayaan diri
2. Kesehatan badan dan olahraga
3. Kesenian budaya pencak silat (Beladiri)
4. Pengobatan natural dan supranatural
5. Sejarah dan Ke-PBBS-an dan cinta kepada NKRI
6. Perdamaian dan Kemanusiaan (Pluralisme), dll

Demikian Sejarah Singkat Ikatan Pencak Silat Persatuan Beladiri Budi Suci sesuai dengan kitab Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (Kitab AD-ART-PBBS) tahun 2009.




















Cerpen MENCURI JURUS PENCAK SILAT




MENCURI JURUS PENCAK SILAT
Oleh : Raden Alex

Malam itu malam Jum’at seperti biasa aku dan teman – teman sedang melakukan kegiatan rutin yaitu latihan pencak silat di dusun Telaga Sakti wilyah Jawa Nusantara, Eyang Surodipo yang melatih kami para pendekar cilik sedang sibuk membenahi gerakan jurus – jurus kami. tiba – tiba latihan kami harus terhenti karena ada orang yang datang dengan tubuh penuh luka dan merintih kesakitan.

Rupanya dia adalah Raden Lukman kakak tertua seperguruan kami yang telah lama sekali hijrah ke Borneo dan mendirikan cabang perguruan pencak silat sama seperti yang kami ikuti yaitu “Hati Sejati “. Eyang Surodipo menyudahi latihan kami malam itu, 

Eyang bertanya padanya “apa yang terjadi”, jawab R. Lukman dengan suara yang terputus – putus “ perguruan kami diserang oleh perguruan Ekor Monyet”, setelah mengucapkan kalimat itu R. Lukman pingsan tak sadarkan diri. Kami membopong tubuh R. Lukman ke dalam rumah padepokan Eyang Surodipo untuk mendapat perawatan dari guru kami.

Tiga hari berlau dan luka – luka R. Lukman sudah kembali pulih seperti semula , memang Eyang Surodipo tidak hanya terkenal jago beladiri tapi beliau juga mahir dalam ilmu pengobatan tradisional, saat sudah sembuh dan di hadapan kami R.Lukman mulai bercerita kepada Eyang Surodipo “sebelumnya maafkan saya Eyang, sejak lima belas tahun silam saya meninggalkan perguruan ini merantau ke Pulau Borneo dan saya mengembangkan ilmu dari Eyang dengan mendirikan perguruan Hati Sejati di sana, dan Alhamdulillah sampai saat ini sudah ratusan murid yang telah lulus sampai tingkat terakhir, tapi entah mengapa dalam lima tahun terakhir ini perguruan Hati Sejati terlibat permusuhan dengan perguruan pencak silat Ekor Monyet, alasan mereka memusuhi perguruan kita adalah saya dituduh mencuri gerakan jurus – jurus mereka, padahal selama ini saya tidak pernah menambah atau mengurangi jurus – jurus beladiri yang Eyang ajarkan pada saya, begitupun murid – murid saya Eyang, mereka tidak akan mungkin menambah atau mengurangi gerakan jurus-jurus yang ku ajarkan.

Murid – muridku menyangka bahwa Perguruan ekor monyetlah yang telah mencuri gerakan jurus – jurus kami, akhirnya dua perguruan ini saling serang, saling hantam dan saling dendam. Sudah puluhan korban yang mati dari kedua perguruan akibat dendam kesumat yang berkepanjangan ini”.

“Siapa nama ketua perguruan Ekor Monyet ?” sahut Eyang Surodipo “Mbah Satrio” jawab R. Lukman. “Baiklah sekarang antarkan aku ke Borneo dan pertemukan aku dengan Mbah Satrio itu ” pinta Eyang Surodipo “baik Eyang besok kita berangkat” ajak R. Lukman, dan sayapun di ikut sertakan dalam perjalanan ini.

Singkat ceritanya sampailah kami di Pulau Borneo dan bertandang ke Padepokan Ekor Monyet, tapi baru beberapa langkah kami memasuki pelataran padepokan tiba – tiba delapan pendekar dengan tubuh kekar berotot dan berwajah garang menghentikan langkah kami “ kalian dari perguruan Hati Sejati, bukan? mau apa kalian datang kemari ?” “kami ingin bertemu Mbah Satrio” jawab Eyang Surodipo dengan tenang, “jangan mimpi kalian, langkahi dulu mayat kami” tiba – tiba saja salah satu pendekar Ekor Monyet mulai menyerang dengan jurus – jurus beladiri yang lincah dan gesit, sementara itu Eyang Surodipo hanya menghindar dan menangkis serangannya tanpa membalas pukulannya “sabar anak muda, kami kesini dengan tujuan baik, kami hanya ingin bertemu dengan guru kalian” kata Eyang Surodipo. 

“aah… jangan banyak alasan, kami tahu tujuan kalian kesini hanya ingin balas dendam pada kami, bukan? Ayo kawan – kawan serang mereka…!”. Pertarungan hebatpun tak terelakkan.

“kamu disini saja menjaga Lukman yang baru saja sembuh dari luka dalam, biar aku yang menghadapi mereka” kata Eyang Surodipo kepadaku.

Perkelahian sengit yang diwarnai rangkaian jurus – jurus yang mematikan terjadi di halaman padepokan ekor monyet, Eyang Surodipo dikeroyok oleh delapan pendekar muda, meskipun Eyang Surodipo sudah tua namun gerakan beladirinya masih lincah dan sangat luar biasa, dalam hitungan beberapa menit saja kedelapan pendekar itu jatuh terjengkang. 

Mendengar kegaduhan di halaman, Mbah Satrio-pun keluar dari padepokannya. 

Mbah Satrio beberapa kali salto atau jungkir balik di udara dan mendarat tepat di hadapan Eyang Surodipo, “siapa kalian dan kenapa kalian bikin onar di padepokanku?” kata Mbah Satrio dengan suaranya yang lantang.

“Satrio…Satrio..! kamu lupa sama aku, aku adalah Suro” kata Eyang Surodipo memulai pembicaraannya, “Suuro..!” Mbah Satrio coba mengingat wajah tua itu “iya… Surodipo saudara seperguruanmu dulu ketika berguru sama Empu Raga Sukma”. 

“ooo iya…iya… iya… aku ingat, tentu saja aku ingat, Cuma aku tadi tidak menyangka kalau itu kamu Suro, karena wajahmu sudah banyak berubah, sekarang kau tampak lebih tua dengan gigi ompong dan rambut yang memutih serta kulit yang sudah keriput, terus terang aku sulit mengenalimu saudaraku, selamat datang di padepokanku ” jawab Mbah Satrio. 

Murid – muridku ini sahabat lamaku Surodipo ayo cium tangan kalian sama dia “Lanjut Mbah Satrio”.

“sama aku juga tadinya tidak mengira kalau orang tua yang berdiri dihadapanku ini adalah orang yang pernah menjadi saudara seperguruanku dulu, untungnya aku masih mengenalimu dari kalung giok naga pemberian Empu Raga Sukma yang masih kau kenakan itu” kata Eyang Surodipo.

“tujuanku kesini adalah ingin meluruskan kesalah pahaman yang selama ini terjadi antara perguruan Ekor Monyet milikmu dengan perguruanku Hati Sejati, dan hal seperti ini mungkin suatu saat bisa juga terjadi dengan perguruan – perguruan pencak silat yang lain”, kata Eyang Surodipo “ untuk itu besok aku ingin menjelaskan semua kasalah pahaman ini dihadapan murid – muridmu dan murid – muridku” Eyang Surodipo melanjutkan perkataannya. 

“Baiklah kalau begitu aku setuju saudaraku” sahut Mbah Satrio.

Keesokan harinya kedua pihak perguruan sudah berkumpul di sebuah lapangan luas di samping padepokan Ekor Monyet dan Eyang Surodipo mulai menjelaskan duduk perkaranya.

“aku (Eyang Surodipo) dan Mbah Satrio adalah saudara seperguruan, kami pernah berguru pada guru pencak silat yang sama yaitu Empu Raga Sukma, dan kami memiliki jurus – jurus yang sama pula dan bukan hanya Mbah Satrio saja saudara seperguruanku, aku punya beberapa saudara seperguruan yang saat ini juga mendirikan perguruan beladiri, diantaranya Eyang Kumbang pendiri perguruan Macan Lapar, Mbah Bejo pendiri perguruan Gajah Terbang dan masih banyak lagi yang lainnya, ketika ada orang yang menghina perguruan – perguruan itu berarti dia telah menghina saudaraku dan menghina jurus – jurus yang di ajarkan oleh guru kami dulu dan aku sangat tidak terima tentang hal itu”. 

“kalian mungkin bertanya kenapa terkadang jurus – jurus kami ada yang sama dan ada pula yang berbeda, hal itu dikarenakan diantara kami para pendiri perguruan telah saling terpisah jauh untuk mengembangkan, berinovasi dan merangkai jurus – jurus atau gerakan beladiri kami agar lebih sempurna menurut diri kami masing - masing , kemudian rangkaian jurus baru itu kami ajarkan kepada murid – murid kami dan kami mendirikan perguruan dengan nama yang berbeda – beda.

Dan dulu saya juga pernah menjelajahi dari Sabang sampai Merauke untuk berguru kepada Sembilan guru pencak silat yang berbeda pada masa mudaku, demikian juga dengan Mbah Satrio guru kalian yang pernah berguru kepada beberapa guru pencak silat yang berbeda pula dengan yang pernah saya pelajari, maka dari itu tidak heran jika terkadang gerakan jurus kedua perguruan ini ada yang sama dan terkadang pula berbeda, tapi sekali lagi kembali pada jiwa kesatria yang kita miliki bahwa kita sebagai pendekar harus bisa menghargai perbedaan, dan selalu mengutamakan persatuan, serta jangan puas berguru pada satu perguruan saja, dan sempurnakanlah ilmu kalian dengan menyerap ilmu dari beberapa perguruan hingga kalian bisa menjadi pendekar sejati yang berjiwa kesatria”.

Ingat persaudaraan itu jangan di kotak-kotak, maksudnya jangan pernah beranggapan bahwa saudaramu hanyalah sebanyak orang di dalam perguruanmu saja, itu sama artinya kalian berfikiran kerdil dan berhati sempit.

Ketahuilah semua manusia di jagad raya ini adalah saudara kita juga.

Orang yang berjiwa kesatria tidak akan pernah melibatkan perguruannya untuk menyelesaikan urusan – urusan pribadinya, jika ada orang dari perguruanku yang melakukan kesalahan di tengah masyarakat dan ketika kami tegur tidak juga memperbaiki kesalahannya maka aku sediri yang akan menghajarnya dan mengeluarkannya dari perguruanku.

Sebagai seorang guru aku harus bertanggung jawab dunia dan akhirat atas ilmu-ilmu beladiri yang pernah aku ajarkan. 

Selama aku masih hidup Aku akan menyelesaikan dengan jalan terbaik tanpa kekerasan jika ada gesekan antar perguruan yang melibatkan perguruanku. 

Dan pesanku selama aku masih hidup maupun jika aku sudah mati nanti “jangan sampai anggota perguruanku memusuhi perguruan lain, karena hal itu mengotori dan menurunkan citra perguruan Hati Sejati, ingatlah ini baik – baik murid – muridku.

Demikianlah sekilas sambutan dari eyang surodipo pada pertemuan itu, yang mampu mendamaikan perseteruan antar perguruan, dan memacu para pendekar untuk semangat menimba ilmu pencak silat sebanyak – banyaknya dan mengengembangkanya sebagai warisan asli budaya bangsa Indonesia serta bisa menjadikan para pendekar lebih menghargai perbedaan antar perguruan yang ada.

lalu dilanjutkan sambutan dari Mbah Satrio yang isinya demikian.

pencak silat adalah seni beladiri dan yang namanya seni itu kreativitas yang tidak bisa di bendung atau di cegah perkembangannya. 

ibarat seni tari, anda semua tidak bisa membatasi perkembangan seni tari, misalnya se Nusantara ini hanya cukup lima buah tarian saja, tidak boleh ditambah atau dikembangkan, tidak boleh membuat seni tari baru, maka saya kira itu suatu hal yang mustahil. 

saya mempelajari sekitar 100 jurus dari 9 orang guru saya dari dalam negeri maupun luar negeri, dan dari sekian banyak jurus saya ambil 25 jurus dari guru saya yang berbeda-beda tadi dan saya ajarkan kepada murid-murid saya dengan Nama perguruan Ekor Monyet. karena menurut saya inilah jurus-jurus yang terbaik menurut saya dan paling efektif untuk digunakan.

dan saudara saya Eyang Surodipo juga punya ratusan jurus, tapi yang diajarkan pada muridnya cuma 15 jurus saja dan diberi nama perguruan Hati Sejati, jadi intinya sama saja toh.

begitulah sambutan beliau, selanjutnya kami dijmu makan-mkan di perguruan Ekor Monyet lalu kemudian kami saling berjabat tangan dan berpamitan untuk pulang.

PERSATUAN BELADIRI BUDI SUCI TERKENAL HINGGA KE LUAR NEGERI / INTERNASIONAL













HUKUM BELAJAR PENCAK SILAT / BELADIRI DALAM ISLAM


HUKUM BELAJAR PENCAK SILAT / BELADIRI DALAM ISLAM






Hukumnya Adalah Sunah jika disertai niat mencontoh Nabi Mukhammad dan para sahabatnya


1. Belajar Kekuatan dalam Beladiri (Tangan kosong).

      Berlatih kekuatan adalah Ajaran agama Islam dan dalam memperdalam Beladiri atau Pencak Silat adalah dalam rangka belajar mempersiapkan atau meningkatkan kekuatan, dan Allah sangat mencintai Orang Islam Yang Kuat, Dasar Alqur’an salah satunya bisa kita lihat dari Firman Allah Surat Al Anfal ayat 60 : 

yang artinya:


Persiapkanlah untuk menghadapi mereka (musuhmu), segala kekuatan yang kamu bisa dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu (QS. al-Anfal: 60)
Juga Seperti Yang Dikatakan Rosulullah Dalam Haditsnya berikut ini :

: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

artinya : 
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah.

2. Teknik Beladiri menggunakan Senjata.



Ada banyak Senjata yang kita ketahui baik itu klasik (Jenis Lama) atau Modern (Jenis Baru), Pada Zaman nabi Mukhammad Peperangan dilakukan menggunakan beberapa senjata Manual Klasik Seperti Pedang, Panah, Tombak dll.
Ada beberapa Dalil yang menjelaskan tentang di sunahkannya mempelajari senjata Panah, Rosulullah dan para sahabat Nabi juga hobi dan lihai dalam memainkan seni Beladiri Pedang (yang cukup rumit dan sulit bagi orang yang tidak belajar dengan sungguh sungguh) hal ini diperkuat dengan dimenangkannya banyak peperangan oleh kaum Muslimin pada masa Beliau hidup di tambah lagi bukti koleksi Pedang beliau misalnya : 

a. Pedang Zulfikar (Sang Pemilik Ketajaman) pedang bermata dua seperti lidah ular untuk mengunci pedang lawan, Zulfikar juga mampu membelah batu dengan sekali tebas. 

b. Pedang Al Battar yang ada relief gambar Nabi dawud pedang ini disebut juga Pedang Para Nabi.

c. Pedang Pedang Qo’il Pada pegangannya terdapat tulisan Arab yang artinya “Ini adalah pedang mulia dari rumah Nabi Muhammad, rasul Allah."

d. Dan lain-lain.

Hal ini membuktikan bahwa mempelajari teknik memaikan beladiri bersenjata adalah boleh, bahkan dalam kondisi tertentu bisa sunah (jika berniat mencontoh Nabi) atau wajib (untuk Jihad memperjuangkan Agama Allah) .

3. Beladiri Tangan Kosong (tanpa senjata) adalah Olahraga (teknik gerak badan).

Zaman Rosulullah ketika dalam peperangan jika Senjata yang dipegangnya terlepas atau jatuh maka tidak ada pilihan lain selain memainkan pertarungan beladiri tangan kosong (bergulat).
Gulat adalah salah satu Seni Beladiri Arab yang di kuasai oleh Rosulullah, Gulat adalah seni Gerak badan untuk Menjatuhkan lawan dan mengunci pergerakan badan, dalam teknik tertentu Gulat juga bisa menjadi serangan yang mematikan. 

Di ceritakan dalam Hadits riwayat Ibnul Atsir bahwa :

“ Nabi Mukhammad pernah mengalahkan Rukanah sebanyak tiga kali dalam adu Gulat. Rukanah adalah nama seorang pegulat Laki-laki dari Suku Kurays paling kuat dan terkenal di Arab yang menantang Gulat saat itu, badanya yang kekar dan postur tubuhnya yang tinggi besar dibanding orang – orang arab saat itu, dan setelah Rukanah kalah sampai tiga kali pertarungan, Rukanah akhirnya dengan Tulus Hati menyatakan diri Masuk Islam dihadapan Rosulullah.

Hal ini membuktikan bahwa Nabi Mukhammad pernah mempelajari teknik – teknik Beladiri arab ( Gulat), sebab sangatlah tidak mudah untuk mengalahkan Ahli Gulat, kalau tidak mempelajari dan menggunakan teknik gulat itu sendiri. Meskipun tidak ada informasi yang spesifik, darimana beliau belajar ilmu gulat (apakah belajar dari manusia atau diam-diam di ajari oleh Allah melalui malaikat Jibril).

4. Dzikir dan Wirid dalam Ajaran Perguruan Beladiri.

Alloh  memiliki 99 nama yang bagus (Asma'ul Khusnah) dan di antara asma'ul khusnah tersebut terdapat nama Al Mukhsyiu yang artinya Alloh Maha Menghitung

Dalam Seni Beladiri Islam di Indonesia terkadang mengajarkan rangkaian Dzikir dan wirid.
Dzikir artinya mengingat Allah tanpa jumlah hitungan. 

banyak sekali perintah Allah dalam Alqur’an misalnya : Surat Ali Imran ayat 41 yang artinya :
...Dan berdzikirlah (sebut nama / ingatlah) kepada Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari."

Wirid adalah : bacaan Dzikir yang dibaca dengan jumlah hitungan (dosis) yang telah ditentukan. 

Misalnya dalam Hadits Nabi yang artinya : 

“Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya Nabi Mukhamad (kepada anak-anaknya). “Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta.” lanjut Nabi (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Bolehkah Wanita Belajar Beladiri dan teknik teknik mengalahkan musuh?


Ada wanita – wanita yang ahli beladiri dan pandai memainkan senjata untuk membela Nabi dan Sahabat-sahabatnya, misalnya : 

a. Nusaibah Binti Kaab, Perempuan Si Jago pedang. 

pernah dalam Perang Ukhud, menghalau serbuan anak panah musuh yang menyerang Rosulullah dengan mengibas-ngibaskan pedangnya.

b. Khaulah binti Azur wanita yang mendapat Julukan “PedangNya Allah”. 

Romawi adalah Imperium (kerajaan terbesar zaman zaman Nabi ) Pada saat Islam Menghadapi Pasukan Romawi , pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tengah dalam keadaan terdesak. Munculah pasukan bercadar yang dipimpin oleh Khaulah binti Azur yang hebat, cepat dan tangguh datang untuk membantu kaum muslimin.
Dan akhirnya kaum muslimin mampu mengalahkan pasukan Romawi.

c. Nailah Si Cantik yang cerdas dan pemberani.

Beliau adalah isteri Kholifah (Presiden) Utsman bin Affan yang pandai memainkan pedang. Beliau pernah bertempur dengan orang – orang yang berniat membunuh dan menggulingkan kekuasaan Pemerintahan Islam.

d. Dll.

BUNGA TUJUH RUPA (kembang pitung werno / kembang setaman) dan KEMBANG TELON (tiga rangkai bunga ) serta BUNGA WIJAYA KUSUMA (Kembang Wijoyo Kusumo)

BUNGA TUJUH RUPA (kembang pitung werno / kembang setaman)

Bunga/kembang tujuh rupa adalah sebutan bagi sekumpulan bunga yang dipersiapkan untuk upacara keagamaan, khususnya dalam tradisi Asia, seperti India, Nusantara, dan Tionghoa.

Sesuai namanya, terdapat tujuh jenis bunga yang dipakai untuk keperluan ini, namun tidak ada kesamaan jenis-jenis yang menjadi komponennya. Jenis-jenisnya berbeda tergantung tempat dan kepercayaan dari pemakainya.

Dalam tradisi Nusantara, jenis-jenis yang biasa digunakan adalah mawar (bermahkota merah dan putih, biasanya dianggap berbeda), cempaka kuning (Michelia champaca), kantil (cempaka putih, M. alba), kenanga, melati, sedap malam (tidak selalu), dan melati gambir (tidak selalu).

FILOSOFI (Makna Bunga Tujuh Rupa)

Kembang tujuh rupa mempunyai arti dan makna dalam kehidupan manusia. Untuk jenis dan makna dari bunga tujuh rupa yaitu:
 

1. Bunga Mawar Merah               : yang mempunyai makna kelahiran diri manusia ke dunia


  





2. Bunga Mawar Putih                 : ketentraman, sejahtera, dan damai

 



3. Bunga Kantil (cempaka putih)  : memiliki jiwa spiritual yang kuat untuk meraih sukses lahir maupun batin





4. Bunga Melati                           : dalam melakukan tidakan selalu melibatkan hati (kalbu), tidak semerta 
                                                     merta melakukan


5. Bunga Kenanga                        : Generasi penerus leluhur


6. Bunga Sedap Malam                : keharmonisan dan ketentraman


7. Bunga Melati Gambir                : Kesederhanaan



Bunga Alternatif  (pelengkap) jika tidak di temukan bunga yang di harapkan .

1. Melati Raja (pengganti melati gambir)



 2. Kamboja Asli (pengganti bunga Sedap Malam) biasanya banyak di temui di lokasi pemakaman umum.

ingat bunga Adenium (kamboja jepang) bukanlah kamboja asli, Bunga Adenium (tidak termasuk bunga 7 rupa)di bawah ini bukanlah bunga Kamboja (mirip tapi tak sama)


3. Cempaka Kuning (pengganti kembang Kanthil)









KEMBANG TELON (bunga tiga rupa)

Etimologi (menurut arti bahasa)

Telon berasal dari kata telu (tiga). Dengan harapan agar meraih tiga kesempurnaan dan kemuliaan hidup (tri tunggal jaya sampurna) yaitu Sugih banda, sugih ngelmu, sugih kuasa (Kaya harta, Kaya ilmu, dan Kaya Posisi). Bunga Telon yang terdiri dari bunga mawar, melati, Kantil yang memiliki kesempurnaan.

FILOSOFI (Makna yang terkandung)

1. Bunga Kantil (Kembang KANTHIL, kanthi laku, tansah kumanthil)



    Atau simbol pepeling bahwa untuk meraih ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase kalawan kas, tegese kas iku nyantosani (Serat Wedhatama). Maksudnya, untuk meraih ilmu spiritual serta meraih kesuksesan lahir dan batin, setiap orang tidak cukup hanya dengan memohon-mohon doa. Kesadaran spiritual tak akan bisa dialami secara lahir dan batin tanpa adanya penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari (lakutama atau perilaku yang utama). 

    Bunga kanthil berarti pula, adanya tali rasa, atau tansah kumanthil-kanthil, yang bermakna pula kasih sayang yang mendalam tiada terputus. Yakni cirahan kasih sayang kepada seluruh makhluk, kepada kedua orang tuanya dan para leluhurnya. Bukankah hidup ini pada dasarnya untuk saling memberi dan menerima kasih sayang kepada dan dari seluruh makhluk. Jika semua umat manusia bisa melakukan hal demikian tanpa terkotak-kotak ragam “kulit” agama, niscaya bumi ini akan damai, tenteram, dan sejahtera lahir dan batinnya.    

      Tak ada lagi pertumpahan darah dan ribuan nyawa melayang gara-gara masing-masing umat manusia (yang sesungguhnya maha lemah) tetapi merasa dirinya disuruh tuhan yang Maha Kuasa. Tak ada lagi manusia yang mengklaim diri menjadi utusanNya untuk membela tuhan Yang Maha Kuasa. Yaah, mudah-mudahan untuk ke depan tuhan tak usah mengutus-utus manusia membela diriNya. Kalau memang kita percaya kemutlakan kekuasaan Tuhan, biarkan tuhan sendiri yang membela diriNya, biarkan tuhan yang menegakkan jalanNya untuk manusia, pasti bisa walau tanpa adanya peran manusia! Toh tuhan maha kuasa, pasti akan lebih aman, tenteram, damai. Tidak seperti halnya manusia yang suka pertumpahan darah !! Seumpama membersihkan lantai dengan menggunakan lap yang kotor.


2. Bunga Melati (Kembang MLATHI, rasa melad saka njero ati).

 Gambar melathi susun kegunaannya sama saja dengan melathi biasa (tidak bermehkota susun)
      
Dalam berucap dan berbicara hendaknya kita selalu mengandung ketulusan dari hati nurani yang paling dalam. Lahir dan batin haruslah selalu sama, kompak, tidak munafik. Menjalani segala sesuatu tidak asal bunyi, tidak asal-asalan. Kembang melati, atau mlathi, bermakna filosofis bahwa setiap orang melakukan segala kebaikan hendaklah melibatkan hati (sembah kalbu), jangan hanya dilakukan secara gerak ragawi saja.



3. Bunga Kenanga (Kembang KENANGA, Keneng-a!)


      Atau gapailah..! segala keluhuran yang telah dicapai oleh para pendahulu. Berarti generasi penerus seyogyanya mencontoh perilaku yang baik dan prestasi tinggi yang berhasil dicapai para leluhur semasa hidupnya. Kenanga, kenang-en ing angga. Bermakna filosofis agar supaya anak turun selalu mengenang, semua “pusaka” warisan leluhur berupa benda-benda seni, tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat, dan ilmu spiritual yang banyak mengandung nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom).


BUNGA WIJAYA KUSUMA (Kembang Wijoyo Kusumo)
biasanya di pakai untuk syarat mandi khusus bagi para Raja / Ratu.


BUNGA WIJAYAKUSUMA (Bunga Kemenangan)

WIJAYA = Kemenangan

KUSUMA = Bunga (Keharuman / nama besar)

ada 2 jenis bunga WijayaKusuma 



1. BUNGA WIJAYA KUSUMA KRATON / KERAMAT





   Nama Latinnya Pisonia Grandis var Silvertris, tanaman jenis ini kurang dikenal masyarakat. Yang paham umumnya cuma ahli botani dan paranormal, bentuknya mirip kol banda (Pesonia Alba) yang umum ditanam sebagai tanaman hias. Bedanya adalah kalau ujung daun Kol Banda warnanya kuning cerah, sedangkan ujung daun Wijaya Kusuma tetap hijau seperti pada umumnya warna daun.
Pohon Wijaya Kusuma tingginya sekitar 3 meter bentuknya mirip bonsai. Menurut ahli botani K. Heyne, pohon ini tingginya bisa mencapai 13 meter. Di Indonesia ppohon ini biasanya hanya bisa ditemukan di Kepulauan Seribu, Karimunjawa, pulau Puteran Madura, Bali, Ambon dan di pulau Karang Bandung dekat pulau Nusakambangan.
Bunga Wijaya Kusuma keraton kalau di Bali namanya Dag – dag Seeangger, di Ambon namanya Sayur Putih Pulu. Dan yang bisa kembang (mekar) cuma Wijayakusuma Pisonia ini, yaitu yang berada di pulau Karang Bandung Nusakambangan, Karimunjawa dan Bali, itupun sangat jarang sekali.
Wijayakusuma berbentuk bunga Majemuk, tangkai bunga nyembul keluar. Satu tangkai bisa memiliki sekitar 10 malai, setiap malai bisa tumbuh hingga 20 kuntum bunga, jadi setangkai Wijayakusuma bisa ada ratusan bunga. Diameter bunganya kecil sekali hanya sekitar 2 – 4 milimeter ketika pas sedang mekar – mekarnya, panjangnya bunga 5 – 6 milimeter, bentuknya seperti terompet, warna kelopaknya hijau, mahkota bunga berwarna putih, benang sarinya berwarna putih kekuning – kuningan.
Bunga ini memiliki aroma yang sangat harum, mekar pada siang hari, setiap mekar hanya bisa bertahan sehari, setelah itu layu. Setangkai bunga kalau mekar tidak bersamaan tetapi bertahap, ada yang bisa jadi buah (antara 1 - 2) 





2. BUNGA WIJAYAKUSUMA HIAS




Tanaman ini biasanya ditanam menggunakan pot atau di sudut – sudit rumah sebagai tanaman hias. Nama latinnya Epiphyllum oxypetalum. Tanaman ini juga dinamakan dengan Bunga Ratu Malam (Qween of Night).
Warna bunganya putih, berdiameter 10 cm, panjangnya 20 cm, mekar hanya pada malam hari makanya banyak yang menyebut dengan istilah Midnight Flower atau Kembang Tengah Malam atau kembang sedap malam. Daya mekarnya hanya pada malam hari saja, pagi hari pasti layu. Di negara China ppopuler dengan sebutan Keng Hwah Sing yang artinya Bunga yang indah dan agung.
Tanduran kiye umum ditandur ngaggo pot uga nang pojok-pojok omah. Basa latine diarani Epiphyllum oxypetalum. Tanduran kiye uga diarani Ratu Malam (Queen of' Night). Werna kembange putih, diameter 10 cm, dawane 20 cm, mekar mung angger mbengi thok, mulane akeh sing ngarani midnight flower utawa kembang tengah malam utawa kembang sedap malam. Daya mekare mung sawengi thok, ngesuke mesthi layu. Nang masyarakat China populer diarani Keng Hwah sing artine kembang sing indah lan agung.